Fahsya` dan Munkar adalah 2 (dua) istilah Al Qur`an (lihat al Ankabut, 45) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Keji dan Munkar". Para penafsir mengajukan keterangan yang beragam mengenai maksud kedua istilah tersebut:
Alasan efektif yang mendasari "Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingat kalian." ditunjukkan oleh kalimat terakhir. Kalimat ini menunjukkan bahwa perintah "ingat" berkaitan dengan kepentingan manusia, bukan kepentingan Allah. Seakan-akan Allah ingin bilang, "Kamu mau Aku ingat (baca: Aku sayang)?" Kalau mau ya ingatlah Aku!
Sering sekali muncul pertanyaan di benak, apa hikmah di balik ibadah thawaf yang dilakukan dengan cara berputar dari kanan ke kiri dengan menjadikan Ka'bah sebagai sumbunya? Hingga sekarang pertanyaan itu belum terjawab.
Ketika keserba-syariahan mulai mendapatkan tempat di hati peminatnya, kita buru-buru menyediakan dukungan hardware (hukum, lembaga, sumber daya manusia), software (dalam pengertian IT). Namun ada satu hal yang kita (termasuk saya di dalamnya) tidak atau alpa persiapkan dalam menyongsong era serba syariah, yaitu mental. Mental untuk menerima islamisasi. Mental yang tidak dipersiapkan dan dibiarkan tetap berada dalam pengaruh masa lalu -akibat sistem dan pendidikan- menjadikan saya "berpeci" namun berhati kapitalis dan membuat adik perempuan saya "berjilbab" tetapi berhati rentenir.
Pada dasarnya, maksud Rasulullah SAW ketika mengungkapkan pernyataan tersebut adalah memberikan informasi tentang fenomena yang berlaku di masyarakat secara umum saat mencari pasangan hidupnya. Tepatnya, beliau SAW memberikan informasi bahwa ada laki-laki yang menikahi seorang wanita termotivasi oleh kondisinya status ekonominya. Ada laki-laki terdorong untuk menikahi wanita karena melihat status trah atau darah birunya. Ada laki-laki yang menikahi wanita karena faktor kecantikannya. Sementara itu ada juga laki-laki yang menikahi seorang wanita karena melihat tingginya ketakwaan wanita tersebut kepada Allah SWT.
Ketika seorang hamba berhasil meraih status kekasih Allah atau dicintai oleh Allah maka –seperti dituturkan oleh Rasulullah SAW- “Allah yang akan menjadi telinganya yang digunakannya untuk mendengar, Allah akan menjadi matanya yang digunakannya untuk melihat, Allah akan menjadi tangannya yang digunakannya untuk memukul, Allah akan menjadi kakinya yang digunakannya untuk berjalan.” Pernyataan ini bisa jadi menimbulkan berbagai tafsir. Namun lepas dari segala tafsirnya pernyataan ini lagi-lagi menunjukkan adanya perlindungan total dari Allah untuk hamba yang dikasihiNya.
"Siapa yang mematuhi atau taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar."
Kepatuhan kita kepada Rasulullah bukan untuk kepentingan beliau, bukan karena beliau gila hormat. Sebaliknya kepatuhan kita kepada beliau adalah untuk kepentingan diri kita sendiri, yaitu agar kita dapat meraih "kemenangan besar".
Abu Thayyib berkata, "Mereka yang suka berkumpul bersama delapan kelompok berikut ini maka Allah akan memberinya delapan kelebihan."
Ketika mendengar "Aku adalah kota ilmu, Ali adalah pintunya", kaum Khawarij (kaum yang membenci sayyidina Ali RA) merasa gusar dan dengki. Lalu sepuluh orang tokoh mereka berkumpul dan memutuskan, "Masing-masing dari kita akan bertanya kepada Ali tentang satu pertanyaan yang sama. Lalu kita lihat bagaimana Ali menjawabnya. Jika dia menjawab pertanyaan setiap orang dari kita dengan jawaban yang berbeda, maka dia memang pandai seperti yang telah disabdakan oleh Nabi SAW."
Keinginanmu untuk berada di peringkat Tajrid sementara Allah masih memposisikanmu di peringkat Asbab adalah indikator Syahwat al Khafiyyah. Sebaliknya, keinginanmu untuk tetap berada di peringkat Asbab padahal Allah telah menempatkanmu di peringkat Tajrid adalah perendahan terhadap cita-cita yang luhur.
|