Ath-Thayyar, Ja’far bin Abu Thalib

Beliau adalah abang kandung (langsung) ‘Aliy bin Abu Thalib (semoga Allah ta’ala meridhai keduanya) dengan perbedaan usia 10 tahun. Rasulullah –kasih sayang dan salamNya untuknya– memberinya gelar kunyah dengan Abul Masakin (ayah orang-orang miskin) karena kegemarannya bergaul dan simpatinya kepada … Selengkapnya …

Redaksi Shalawat

Redaksi Shalawat

Shalawat kepada Nabi −shalawat dan salam untuknya− adalah ungkapan doa. Sebagai sebuah ungkapan permintaan seorang hamba kepada Tuhannya, redaksi shalawat dapat terdiri dari 2 (dua) kategori: Redaksi yang spesifik yang diambil langsung dari petunjuk nash Al Qur`an maupun keterangan eksplisit … Selengkapnya …

Perbedaan Dua Term Qur`ani: Fahsya` dan Munkar

Perbedaan Dua Term Qur`ani: Fahsya` dan Munkar

Fahsya` dan Munkar adalah 2 (dua) istilah Qur`ani (lihat al ‘Ankabut, 45) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Keji dan Munkar”. Para penafsir memberikan keterangan yang beragam mengenai maksud kedua istilah ini. Berikut adalah keterangan pengertian keduanya yang dikutip dari buku … Selengkapnya …

Masihkah Rasulullah Memerlukan Shalawat Kita (?)

Kepentingan Rasulullah di Balik Shalawat Untuknya(?)

Ungkapan shalawat (permohonan kasih sayang Tuhan) oleh kita untuk beliau tidak dapat dipahami bahwa beliau memerlukan itu. Bahkan, shalawat para malaikat pun menjadi tidak penting bagi beliau. Apa sih arti shalawat para Malaikat untuk beliau jika Allah sendiri sudah menyatakan shalawat-Nya. Bukankah yang terakhir ini sudah amat sangat lebih dari cukup untuk kepentingan beliau.

Pemuliaan Guru

Pemuliaan Guru

Dalam perjalanan hijrah, tepatnya dalam perjalanan menuju gua Tsur, Abu Bakr RA kadang-kadang berjalan di depan Nabi SAW, di kesempatan lain –kadang-kadang– berjalan di belakang beliau SAW

Ketika Rasulullah SAW menyadari hal itu, beliau SAW bertanya, “Wahai Abu Bakr, mengapa kamu kadang-kadang berjalan di depan saya, lalu kadang-kadang di belakang saya?”

Selengkapnya …

5 (Lima) Sahabat Nabi Terkaya yang Dikabarkan Masuk Surga

5 (Lima) Sahabat Nabi Terkaya yang Dikabarkan Masuk Surga

Tulisan ini terinspirasi oleh tulisan Dr. Yusuf ibn Ahmad al-Qasim (dapat dibaca di sini). Dalam artikelnya, beliau mengambil datanya dari beberapa buku, di antaranya Tarikh al-Islam dan Sayr A’lam al-Nubala`. Sementara saya, dalam tulisan ini berusaha menambahkan verifikasi saya sendiri dari sumber-sumber lain yang saya jelaskan pada tempatnya.

Selengkapnya …

وجهُ نصْبِ ما بعْدَ بَانَ

وجهُ نصْبِ ما بعْدَ بَانَ

"> Alasan Nasahab Kata Setelah Baana

Beberapa santri yang mengkaji buku-buku fiqh kadang-kadang menemukan isykaal mengenai alasan ke-nashab-an kata yang berada setelah kata “bana (بان)“.

Keterangan ustadz al-ustadzin, syaikh Ali asy-Syabramallisiy (997 – 1087 H / 1588 – 1676 M) yang dikutipnya dari dari al-imam as-Suyuthi (849 – 911 H / 1445 – 1505 M) berikut diharapkan dapat membantu mengurai isykal tersebut.

Selengkapnya …

Pendidikan Indonesia, Mau Kemana?

Pendidikan Indonesia, Mau Kemana?

Tanpa bermaksud mengagungkan keberadaan pesantren dengan aktifitas pendidikan akhlak, fenomena tawuran antar pelajar saat ini sepatutnya dilihat sebagai akibat dari kurangnya pendidikan akhlak keagamaan yang diberikan oleh pihak sekolah umum negeri dan swasta. Fenomena ini sudah nyaris akut karena sudah mulai pada tahap kejahatan tertinggi dalam peradaban budaya manusia, yaitu membunuh.

Selengkapnya …

Posisi Berdiri Makmum yang Sendirian

Posisi Berdiri Makmum yang Sendirian

Berdasarkan hadis ini, para ulama, termasuk kalangan mazhab Malikiyyah, mengatakan bahwa makmum yang sendirian dianjurkan (disunahkan, bukan diwajibkan) mundur sedikit dari posisi imam sebagai bentuk sikap santun terhadap imam (pemimpin).


قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Katakan (wahai Muhammad), "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kalian mendapat keberuntungan." (Q.S. Al-Ma`idah, 100)

Sebuah sistim yang dominan tidak dapat dinilai baik hanya karena dominasinya. Dan Allah hanya menerima sistim yang baik. Untuk itu keberuntungan dalam maknanya yang luas hanya dapat diperoleh dengan sistim yang baik.