Pohon Keluarga Rasulullah SAW

Pohon Keluarga Rasulullah SAW

Beberapa kali kami berusaha mencari pohon keluarga atau family tree keluarga Rasulullah –shalawat dan salam untuknya– dalam bentuk gambar. Setelah “berlayar” ke sana kemari kami mendapati tidak banyak yang sesuai dengan apa yang kami inginkan. Meskipun demikian, hasil gabungan beberapa data yang bertebaran dalam buku siirah dan di dunia maya membantu kami memberikan gambaran silsilah keluarga Rasulullah –shalawat dan salam untuknya– sejak beliau sendiri hingga para cucunya dalam versi yang kami inginkan. Kami berusaha membuatnya dalam bentuk yang sederhana, dan mudah diingat. Semoga familiy tree berikut dapat menambah pengetahuan lagi tentang beliau dan keluarganya yang suci.

Keterangan gambar:

  1. Dalam kolom istri terdapat kotak dengan garis luar berwarna kuning menunjukkan bahwa yang bersangkutan sudah wafat sebelum Rasulullah wafat –shalawat dan salam untuknya. Sedangkan kotak-kotak dalam kolom istri yang bergaris luar hijau adalah istri-istri beliau yang masih hidup saat beliau wafat. Yang terakhir ini berjumlah 10 (sepuluh) orang (dengan memasukkan Mariyah meskipun sebenarnya beliau bukan istri untuk mempermudah). Informasi yang beredar yang menyatakan bahwa beliau –shalawat dan salam untuknya– wafat meninggalkan 9 (sembilan) orang istri adalah tidak menyertakan sayyidah Mariyah RA mengingat status wanita mulia ini yang berasal dari budak yang (di kemudian hari) dimerdekakan oleh Rasulullah –shalawat dan salam untuknya. Itu sebabnya sayyidah Mariyah RA tidak dikategorikan sebagai ummahaat al mu’miniin.
  2. Hanya 2 (dua) orang istri dari 12 (dua belas) istri yang memberikan keturunan kepada Rasulullah SAW, yaitu sayyidah Khadijah RA dan sayyidah Mariyah RA. Yang pertama memberikan 6 (enam) orang putra-putri, sedangkan yang kedua memberikan 1 (satu) orang putra.
  3. Beliau SAW memiliki 2 (dua) orang istri yang bernama sama (Zaynab). Untuk membedakannya, biasanya orang Arab memasang nama orang tua di belakang nama sebenarnya. Pertama, Zaynab binti Khuzaymah (dalam gambar kami diberi tanda huruf khaa’) dan Zaynab binti Jahsy (baca: Jahs) yang dinikahi beliau satu tahun setelah menikahi Zaynab Khuzaymah.
  4. Seluruh putra beliau SAW meninggal di usia anak-anak.
  5. Seluruh putra-putri beliau wafat di saat beliau masih hidup kecuali sayyidah Fathimah RA yang wafat 6 (enam) bulan setelah beliau wafat (berdasarkan salah satu informasi).
  6. Sayyiduna Utsman RA menikahi dua putri beliau, yaitu 1) Ruqayyah RA, menghasilkan satu orang putra, dan 2) Ummu Kultsum RA yang dinikahinya setelah Ruqayyah RA wafat. Karena inilah Utsman RA dijuluki Dzunnuurayn (lelaki yang memiliki “dua cahaya”).
  7. Sayyiduna Umar bin Al Khaththab RA pernah menikahi putri sayyidina Ali bin Abu Thalib RA yang bernama Ummu Kultsum RA. Bahkan dari pernikahan ini sayyiduna Umar RA dikaruniai 2 orang anak, putra dan putri. Informasi valid ini mematahkan informasi Syi’ah yang beredar  mengenai “ketidak-eratan” hubungan kedua shahabat tersebut (semoga Allah meridhai keduanya).
  8. Dalam tradisi arab (juga hukum Islam), anak wanita tidak dapat melanjutkan silsilah keluarga. Dengan demikian cucu-cucu beliau –shalawat dan salam untuknya, yang notabenenya datang dari pihak putri-putri beliau tidak memberikan kelanjutan silsilah beliau. Meskipun demikian, dalam faktanya, Al Qur`an mengemukakan keterangan yang berbeda dengan tradisi ini sebagaimana dijelaskan dalam Al Ahzaab, ayat 33.  Ayat ini mengungkapkan secara eksplisit pengakuan terhadap cucu-cucu beliau –shalawat dan salam untuknya–sebagai bagian dari ahlul bayt yang amat disucikan.

وهل أصبح الفكر الإنساني عقيمًا فلا يقدم الأدوات التي تخضع للشرع وتحقق المقصود دون مواربة أو التواء؟ والجواب على ذلك هو أن البديل موجود، ولكن ما ينقصنا هو إرادة الخلاص من الحرام، والتوجه إلى ما هو أقوم وأطهر وأسلم. (سامي حسن حمود يرحمه الله)

Apakah pemikiran manusia menjadi mandul sehingga tidak mampu menyediakan tools yang sesuai Syariah dan –dalam waktu yang sama- mampu merealisasikan keinginan mereka, tanpa harus berdalih?
Alternatif selalu ada. Yang kurang adalah goodwill untuk menghindar dari yang haram, menuju ke alternatif yang lebih lurus, lebih bersih serta lebih aman." (almarhum Sami Hasan Hamud)