Etika Menerima Bantuan atau Sedekah

Etika Menerima Bantuan atau Sedekah

Menerima sedekah bukan cuma soal menerima bantuan, tetapi juga ada adab yang harus diperhatikan oleh penerimanya agar bantuan atau sedekah menjadi berkah sesuai ajaran Islam. Setidaknya terdapat 4 (empat) adab atau etika penting bagi penerima bantuan dan sedekah yang dikemukakan oleh al-imam al-Ghazaliy (450 – 505 H / 1058-1111 M):

  1. Pahami Rezeki dari Allah

    Semua rezeki berasal dari Allah Swt. Dengan begitu, bantuan atau sedekah yang diterima harus digunakan untuk kebaikan dan ketaatan kepada-Nya, bukan untuk hal-hal yang dilarang. Jika disalahgunakan, itu sama saja mengingkari nikmat Allah. Mengingkari nikmat Allah Swt. dapat menjauhkan penerima bantuan dari rahmat-Nya. Menggunakan bantuan untuk sesuatu yang tidak disukai oleh Allah Swt. justru akan mempersulit hidup penerimanya di kemudian hari. Inilah yang dimaksud tidak berkah.

  2. Bersyukur dan Hargai Pemberi

    Ucapkan terima kasih dan doakan orang yang memberi sedekah. Rasulullah saw. bersabda,

    مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ (رواه الترمذي عن أبي سعيد وقال هذا حديث حسن صحيح)

    “Siapa tidak berterimakasih kepada manusia, ia tidak berterima kasih kepada Allah.

    Salah satu bentuk syukur yang sempurna adalah menutupi kekurangan pemberian jika ada cacatnya, tidak meremehkannya, tidak mencelanya, dan tidak menyindir pemberi saat ia tidak bisa memberi lagi.

    Sebaliknya, penerima sedekah harus menghargai pemberi, baik di hadapannya maupun di depan orang lain. Etika pemberi bantuan atau sedekah adalah merendah, sementara etika penerima adalah menghormati kebaikan itu dengan penuh rasa terima kasih. Setiap pihak memiliki perannya masing-masing.

    Menghormati dan memuliakan orang yang memberikan sumbangan atau sedekah tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa nikmat, sejatinya, diberikan oleh Allah. Yang tidak boleh adalah meyakini bahwa pemberi adalah sumber utama nikmat yang dia terima.

  3. Pastikan Sedekah dari Sumber Halal

    Sebelum menerima, periksa dulu asal-usul bantuan atau sedekah yang akan diterima. Jika ternyata dari sumber yang tidak halal, lebih baik dihindari. Jangan ambil dari orang yang kebanyakan penghasilannya diperoleh dengan cara yang haram, kecuali kalau penerima benar-benar dalam keadaan kondisi darurat dan tidak ada pilihan lain. Namun dalam kondisi seperti ini, ambil hanya secukupnya untuk kebutuhan dasar, khususnya saat pemilik asli pemberian itu tidak jelas.

  4. Ambil Secukupnya, Jangan Berlebihan

    Ambil sedekah sesuai kebutuhan, misalnya untuk mencukupi keperluan selama setahun, sesuai contoh Rasulullah saw. yang menyimpan kebutuhan keluarganya untuk setahun.

    Hanya saja, bedanya, meskipun Rasulullah saw. biasa menyisihkan kebutuhan keluarganya untuk setahun, terkadang sepanjang tahun itu beliau meminjamkan sebagian dari cadangannya kepada orang yang membutuhkan, lalu menggantinya untuk keluarganya. Karena kebiasaan ini, ketika wafat, beliau saw. meninggalkan baju besinya yang masih tergadai untuk membeli gandum untuk kebutuhan keluarganya.(Fath al-Bari, jil. 9, hlm. 142)

    Sebagian ulama berpendapat bahwa orang tidak mampu boleh mengambil sedekah secukupnya untuk membeli lahan atau aset yang bisa membuatnya mandiri seumur hidup, atau untuk membeli barang dagangan agar bisa berdagang dan tidak lagi bergantung pada orang lain. Sebab, itulah cara mencapai kemandirian sejati.

Dengan menjalankan adab atau etika ini, menerima sedekah tidak hanya memberikan manfaat duniawi, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan Allah Swt. dan sesama manusia. Semoga berkah!


Tulisan ini merupakan alih bahasa bebas dari sebagian konten buku Maw’izhah al-Mu`mininlihat di sini― yang ditulis oleh Muhammad Jamaluddin al-Qasimiy Ad-Dimasyqiy, salah satu ulama peringkas buku Ihya` ‘Ulumiddin karya al-imam al-Ghazaliy.


فَلا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا

"Jangan kalian mengikuti hawa nafsu (kecenderungan diri) karena ingin menyimpang dari kebenaran" (Q.S. An-Nisaa`, 135)